Selasa, 05 April 2011

Ibu Rumah Tangga yang Sarjana..Why not???


Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama “Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar. Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus berhadapan dengan “nasehat” dari ibu tercintanya: “Putriku! Kamu kan sudah sarjana, Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak.” Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga...

Pada hakikatnya setelah lulus kuliah bukan semata2 untuk mencari pekerjaan dan mendapatkan uang yang banyak untuk mengganti biaya semasa kuliah. Masih banyak sekali hal lain yang bisa didapatkan dari sana yang mungkin akan jauh lebih berharga daripada sekedar menghasilkan uang. Kedewasaan yang timbul akibat beban berat semasa kuliah adalah salah satu hal penting yang bisa didapat.
Tapi, ada beberapa orang tua yg masih berpikiran menyekolahkan anaknya tinggi2 agar bs membantu mereka kelak..Menurut mereka itu merupakan sebuah investasi besar... Memang tidak semuanya salah.
Apalagi jika sang anak meniatkan menuntut ilmu setinggi-tingginya karena itu adalah kewajiban seorang muslim.,insyaAllah orang tua akan mendapatkan imbalan luar biasa di dunia dan akhirat,,,,,aamiin...

Memang di satu sisi pilihan ini sangat membahagiakan..Betapa senangnya seorang ibu jika bisa melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya setiap saat dari hari ke hari. Yang semula hanya bisa merangkak sekarang mulai menikmati langkah demi langkahnya..Yang semula hanya ocehan2 tak berarti sekarang sudah terdengar panggilan2 mesra pada ayah dan bundanya...
Namun di sisi lain, menjadi ibu rumah tangga memiliki tanggung jawab yang berat. Banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah, namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk, mereka sangat acuh dengan pendidikan anaknya, seolah membesarkan anak hanya sekedar memberi maka..miris.....:(

Disinilah peran ibu rumah tangga berpendidikan sangat dibutuhkan..Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Quran dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka bagaimana beribadah pada Allah yang telah menciptakan mereka, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi. Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak adab ke kamar mandi, ada makan, dll..Bukan hanya sekedar supaya anak tau bahwa masuk kamar mandi itu dengan kaki kiri, atau makan harus dengan tangan kanan tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang lekat padanya. Bagaimana mengajarkan hal itu semua..?? Memang sangat butuh ketelatenan dan kesabaran untuk membiasakannya. Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu… jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja?? Kita sama-sama tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,…) Siapa lagi kalau bukan kita, wahai para ibu -atau calon ibu-?

Jika ada pepatah mengatakan " Siapa menanam dia akan menuai..", pada diri anak2 kita adalah investasi dunia akhirat, setiap apa yang kita tanamkan adalah kebajikan.. maka setiap kebajikan pahala Allah lah balasannya..
Masih haruskah kita malu dengan status kita??yang hanya berkarier di rumah tangga saja???.....................................................................................................................................................


~to be continued~

sumber: pengalaman pribadi, curhat temans, dan artikel2 terkait...







0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright Berbagi membuat Hidup Lebih Berarti 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.